Ruang Politik di Tengah Kemajuan Media Sosial
Ruang Politik di Tengah Kemajuan Media Sosial – Media sosial merupakan salah satu bukti kemajuan digital yang sangat pesat. Sejak tahun 2000-an, medsos sudah ramai diperbincangkan dan dipakai hingga saat ini. Setiap waktunya, media sosial mengalami peningkatan sistem agar bisa bertahan sampai dengan jangka waktu lama. Berkat konsistensinya, beberapa medsos yang populer sampai sekarang adalah Youtube, Instagram, Facebook, dan Twitter.
Anak-anak muda sering kali menggunakan media sosial untuk menampilkan situasi atau aktivitas sehari-hari, sehingga para pengikutnya bisa tahu apa yang sedang mereka lakukan saat itu juga. Banyak dari mereka akhirnya terjun menjadi influencer untuk mendapatkan uang sendiri melalui akun medsos mereka masing-masing.
Tidak bisa dipungkiri jika memang telaten dan konsisten dalam menyebarkan konten yang bermanfaat untuk masyarakat, tentu medsos menjadi sumber uang yang sangat menguntungkan. Karena kepopuleran penggunaan media sosial, para politikus maupun pejabat pemerintah lainnya pun juga ikut memakainya.
Sebagian dari mereka memakai sosmed untuk kebutuhan personalnya. Mulai dari memberi tahu kegiatannya di hari itu sampai memposting untuk bisa lebih dikenal banyak orang. Di Indonesia sendiri, media sosial sudah menjadi salah satu bentuk dari perubahan demokrasi digital.
Kenapa bisa dikatakan seperti itu? Hal itu sudah terlihat dari banyaknya contoh kasus yang sudah terjadi di kalangan politikus Indonesia. Menjelang masa pemilu, hampir setiap saat masyarakat terutama pengguna dunia maya diberikan sajian berita-berita palsu atau hoaks.
Mereka mau tidak mau harus menjadi saksi bisu dari berita atau kabar yang belum tentu benar keberadaannya. untuk memanaskan musim pemilu, pelaku penyebar berita pada awalnya akan membuat akun baru sebelum memulai aksinya, sehingga identitas aslinya menjadi sulit dilacak.
Kemudian mereka akan memposting segala berita-berita yang merupakan karangan mereka dan menyebarnya ke seluruh pengguna dunia maya. Dalam waktu yang singkat, berita yang terposting tersebut tentu menjadi berita yang hangat untuk dibicarakan oleh semua pengguna dunia maya.
Pastinya sebagian orang akan diam saja dan tidak ingin terlibat dengan berita-berita itu. Mereka hanya menjadi pembaca atau pendengar saja karena mereka tidak ingin memberikan komentar apa pun pada kolom komentarnya.
Tapi, ada pula pengguna dunia maya yang justru saling memanaskan dan membuat penilaian masing-masing. Semakin banyak orang yang mengkomentari berita tersebut, tentu pelaku tidak akan tinggal diam saja. Mereka akan membuat akun baru lagi untuk lebih memanaskan suasana itu.
Yang pada mulanya media sosial menjadi ruang publik yang sehat, berubah seketika karena ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dalam memakai media sosial. Para pelaku penyebar berita fitnah biasanya melakukan penyebaran berita itu karena ingin kubu yang didukungnya menang dalam pemilu.
Ketika masyarakat percaya bahwa berita fitnah itu benar apa adanya, tentu mereka juga turut membenci kubu lawannya, sehingga berita apa pun yang dikeluarkan menjadi berita yang dianggap omong kosong belaka. Dari contoh hoax seperti itu, sudah jelas ruang politik menjadi kurang aman di tengah kemajuan penggunaan media sosial di zaman sekarang.
Sedikit saja hal negatif dibicarakan di dunia maya mengenai pihak kandidat tertentu yang sedang berjuang untuk pemilu, dalam sekejap mereka bisa menjadi musuh untuk sebagian pihak masyarakat yang lain. Tentu hal itu menjadi tidak mudah mengingat pengguna media sosial tidak bisa lagi terhitung tangan.
Indonesia bahkan menjadi salah satu negara yang pengguna media sosialnya paling aktif dan menduduki peringkat 5 besar untuk penggunaan medsos terbanyak. Kemajuan di dunia digital sebenarnya juga harus disesuaikan dengan kebutuhannya, terutama di ranah ruang politik yang sangat mudah sekali memanas.
Sebenarnya para pejabat pemerintah menggunakan medsos karena keuntungannya memang lebih terbuka daripada menggunakan media konvesional atau cetak. Ketika kampanye diberitakan di koran atau majalah, penyebarannya tentu tidak akan sama jumlah lingkupnya karena tidak merata dan masyarakat pun harus membelinya untuk membaca media cetaknya.
Berbeda dengan media sosial yang bisa dibuka kapan saja dan di mana saja meskipun jaringan internet saja yang dibutuhkan. Tidak heran penyebarannya lebih cepat dan seluruh penjuru daerah dengan praktis mengetahui berita kampanye tersebut.
Hal itulah yang menjadi alasan para politikus memiliki akun media sosial supaya politik tidak menjadi ketinggalan zaman. Tapi tetap saja meskipun dunia politik juga mau maju di tengah-tengah majunya teknologi dunia maya, kita harus pintar-pintar memilih mana yang baik dan mana yang salah.
Ketika ada berita yang masih simpang siur kebenarannya, lebih baik kamu mencari tahu dulu apakah benar atau tidak. Jangan sampai kamu menjadi korban ketidaktahuan dari berita hoax tersebut. Hindari juga penyebaran berita yang tidak benar agar kamu tidak menanggung malu nantinya.
Gunakan saja untuk menyebarkan konten sehat, seperti membantu kubu pilihan kamu menang di pemilu nanti dengan memberikan berita-berita mengenai kegiatan positif yang mereka lakukan. Jangan lupa, tambahkan dulu pengikut kamu agar semakin banyak orang yang bisa melihat konten kamu.
Daripada ribet, kamu bisa memakai jasa belifollowers.com yang menawarkan penambahan follower sesuai dengan akun media sosial yang kamu mau. Dengan begitu, kamu bisa mendapatkan banyak respon dari postingan yang kamu buat mengenai kubu pilihan kamu dan mereka bisa berkesempatan untuk menang.
Baca juga
-
Challenge Diet Sehat Viral Di Sosial Media
March 31, 2024 -
Challenge Program Latihan Kebugaran Viral
March 31, 2024 -
Challenge Apa Itu CrossFit Workouts Viral
March 30, 2024 -
Challenge Strength Training Workout Viral Sosial Media
March 30, 2024 -
Challenge Traveling Wisata Budaya Viral
March 29, 2024 -
Challenge Tips Liburan Hemat Viral Di Sosial Media
March 29, 2024