Perang Tagar Media Sosial dalam Politik yang Gampang Memanas
Media sosial menjadi contoh semakin majunya dunia teknologi yang tidak mungkin kita lewatkan begitu saja. Sudah terlalu banyak kehidupan manusia zaman sekarang dipenuhi dengan penggunaan medsos yang menjadi kebutuhan kita sehari-hari.
Bagi para pengguna yang aktif, seperti influencer atau pekerja lepas yang memegang akun dunia maya, pastinya setiap hari, bahkan setiap waktu menghabiskan waktunya dengan membuka akun media sosialnya karena sudah menjadi lahan pendapatan mereka yang tidak bisa mereka lepaskan.
Buat orang-orang seperti mereka, tentu suatu postingan sangat berharga untuk mendapatkan like, share, atau jumlah pengikut baru. Semakin banyaknya jumlah like, share, mau pun pengikut baru yang masuk, tentu akan semakin menguntungkan untuk mereka. Mereka mendapatkan uang dari apa yang mereka posting dan dapatkan. Anggap saja seperti timbal balik yang saling menguntungkan.
Tapi di balik itu semua, ternyata pihak pemerintah tidak mengambil keuntungan untuk mendapatkan uang dari para pengikutnya, karena biasanya mereka memakai media sosial untuk kepentingan pemerintahan, seperti kebutuhan kampanye pemilu pilkada.
Bukan keuntungan uang yang mereka inginkan, karena mereka menginginkan dukungan dari masyarakat agar bisa mempercayai mereka sebagai pemimpin daerah. Sebagian besar dari kubu yang sedang bertanding selama masa kampanye berlomba-lomba mengeluarkan postingan agar bisa menarik simpati masyarakat.
Memang tidak mudah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Salah konten atau isi postingan, mau pun kegiatan yang dilakukan, masyarakat bisa saja berbalik arah dalam memberikan dukungan. Pastinya mereka akan menyebarkan konten yang positif, mulai dari berita terkini politik, informasi kampanye kandidat, sampai berita positif lainnya yang saling mendukung kandidat satu sama lain.
Tapi ada perbedaan yang cukup signifikan antara postingan pada awal kemunculan media sosial dengan postingan zaman sekarang, yakni tagar. Bagi dunia influencer, tagar sangat berarti bagi mereka karena bisa mengundang pengikut lainnya untuk menjadi followers mereka atau untuk sekedar memberikan like dan share.
Tagar di sini dimaksudkan dalam bentuk tanda pagar ( # ) untuk mengidentifikasikan postingan kita mau dikenal di dalam kalangan mana. Tidak hanya berlaku untuk dalam negeri saja, melainkan di seluruh dunia. Tidak heran kalau para influencer menggunakan tagar untuk mengundang pengguna media sosial lain dari seluruh dunia untuk memberikan respon terhadap postingan yang sudah mereka buat.
Bisa dikatakan juga kalau tagar atau hashtag sudah menjadi persoalan yang penting dan tidak bisa kita lewatkan begitu saja. Di dunia politik pun juga begitu. Ketika kandidat memasang postingan di halaman akun media sosial mereka, di akhir kata pastinya mereka menyempatkan beberapa tagar sebagai indikator dukungan.
Indikator yang dimaksud adalah untuk memberikan dukungan pada postingan yang mereka buat supaya bisa menarik hati masyarakat daerahnya. Kalau tanda pagar tersebut dimasukkan ke dalam postingan, secara otomatis postingan tersebut akan cepat menyebar. Kalau beruntung, kapan pun bisa menjadi viral.
Di Indonesia sudah ada beberapa contoh postingan selama kampanye pilkada yang hanya dari sebuah tagar saja, dalam sekejap bisa menjadi populer di masyarakat. Ketika seorang kandidat mengeluarkan opininya melalui akun media sosial dan memberikan tanda pagar, masyarakat dengan cepat akan merespon dan menyebarluaskannya.
Tapi ada kelemahan yang terjadi ketika tagar ini dikeluarkan, yaitu bisa menjadi senjata untuk saling menyerang kandidat lainnya. Mungkin kelemahan tersebut secara tidak sadar terjadi di tengah-tengah pengguna media sosial. Ketika salah satu postingan dikeluarkan, tentu bisa menjadi cepat viral karena banyak yang meresponnya, apalagi membicarakan soal politik tanah air yang gampang memanas di masa kampanye pilkada.
Di dunia politik, ketika pihak tertentu mengeluarkan pernyataan tertentu di media sosial dan menggunakan tagar, tentu bisa menaikkan isu yang dibuatnya sehingga masyarakat semakin tertarik untuk mengikutinya. Tidak heran postingan apa pun yang berbau politik di tanah air menjadi cepat memanas, karena masyarakat tidak akan tinggal diam untuk mengomentarinya.
Di masa kampanye pilkada misalnya. Saat sepasang kandidat sedang berkunjung ke daerah tertentu dan mempostingnya ke akun media sosial mereka, masyarakat berlomba-lomba memberikan like, share, atau pun mengomentari kegiatan mereka. Suasana akan semakin memanas ketika pihak tertentu mulai memberikan komentar negatif dan menjadikan postingan kandidat tersebut menjadi sebuah bahan candaan.
Ketika dulu tanda pagar atau hashtag dipakai sebagai bentuk komunikasi yang paling strategis, kini siapa pun yang menggunakannya harus semakin berhati-hati. Semakin banyak pengguna dunia maya yang menjadikan tagar dari postingan politik sebagai ruang publik yang saling melawan. Bukan dalam artian yang sehat, melainkan saling memaki yang menggunakan kalimat tidak pantas.
Musim kampanye pemilu pilkada memang menjadi masa yang cukup berat. Setiap kegiatan yang dilakukan kandidat menjadi kunci keberhasilan mereka untuk bisa menduduki kursi kepala daerah. Kamu bisa membantu mereka dengan membuat postingan mendukung.
Mungkin kamu membutuhkan banyak pengikut agar postingan kamu bisa dilihat banyak orang. Pakai jasa belifollowers.com agar kamu bisa menambah followers dengan gampang. Pilih akun media sosial kamu, pengikut kamu pun akan bertambah secara drastis. Tentu dukungan untuk kandidat pilihan kamu bisa semakin banyak untuk pemilu pilkada nanti.
Baca juga
-
Challenge Diet Sehat Viral Di Sosial Media
March 31, 2024 -
Challenge Program Latihan Kebugaran Viral
March 31, 2024 -
Challenge Apa Itu CrossFit Workouts Viral
March 30, 2024 -
Challenge Strength Training Workout Viral Sosial Media
March 30, 2024 -
Challenge Traveling Wisata Budaya Viral
March 29, 2024 -
Challenge Tips Liburan Hemat Viral Di Sosial Media
March 29, 2024